merupakanpupuk kalium universal/umum yang cocok untuk semua tanaman yang toleran terhadap klorida dan dapat diaplikasikan pada semua jenis tanah merupakan produk kristal yang halus, benar-benar bebas dari partikel yang lebih kecil dari 0,16 mm. KCL (MOP) powder/standar digunakan baik untuk pembuatan pupuk majemuk maupun aplikasi manual
29 Mei 2021 K Andy. H. Nst Gambar Oleh Dalam perkebunan kelapa sawit salah satu faktor untuk mendapatkan produksi maksimal adalah pemilihan benih / bibit tanaman. Disamping perawatan dan pemupukan, pemilihan bibit sawit terbaik wajib diperhitungkan karena tanaman kelapa sawit memiliki usia produksi yang cukup panjang. Layaknya berinvestasi, bibit unggul berkualitas merupakan faktor utama yang sangat krusial untuk masa yang akan datang. Usia tanam yang panjang sampai 20 tahun memerlukan bibit yang resisten terhadap hama penyakit, produksi buah kelapa sawit besar janjangan besar, dan rendemen minyak tinggi diatas 22%. Bibit Sawit Bersertifikat Berikut ini beberapa jenis bibit kelapa sawit unggulan untuk perkebunan kami rangkum dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit IOPRI Daftar isi Varietas Dumpy Varietas Turunan SP540 Varietas DxP Simalungun Varietas DxP AVROS Varietas DxP 540 NG Varietas Turunan Yangambi Varietas DxP PPKS 239 Varietas DxP PPKS 718 Varietas DxP Langkat Varietas Dumpy Varietas Dy P Sungai Pancur 1 atau lebih dikenal sebagai varietas Dumpy merupakan varietas kelapa sawit dengan keunggulan spesifik laju pertumbuhan meninggi lambat 40-55 cm per tahun dan rerata bobot tandan yang tinggi. Dengan karakter pertumbuhan yang lambat, varietas Dumpy mampu mencapai umur produksi hingga 30 tahun, lebih lama dari varietas lain. Selain pertumbuhan meninggi yang lambat, Dumpy juga memiliki keragaan batang yang relatif besar sehingga cocok ditanam di lahan pasang surut untuk mengurangi potensi rebah. Varietas Dumpy merupakan hasil persilangan antara Dura Dumpy dan Pisifera turunan SP540. Dura Dumpy merupakan mutan dari Dura Deli yang diintroduksi dari Elmina, Malaysia dan hanya dimiliki oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS. Varietas Dy x P SP1 dirilis pada tahun 1984 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 384/Kpts/ Varietas Turunan SP540 Varietas - varietas kelapa sawit yang termasuk kedalam kelompok SP540 dihasilkan dari tetua pisifera keturunan SP540 murni yang hanya dimiliki oleh PPKS yang disilangkan dengan tetua dura Deli terbaik. Varietas tersebut antara lain PPKS 540, Simalungun, AVROS, dan DXP 540 NG. Karakter unggulan dari kelompok ini adalah quick starter dan persentase mesokarp per buah yang relatif tinggi dibandingkan varietas lain serta produktivitasnya yang baik. Varietas PPKS DxP 540 Dengan adanya adaptasi yang cukup luas, varietas ini dapat ditanam di berbagai tipe lahan kelapa sawit. Varietas DxP PPKS 540 merupakan varietas yang dihasilkan dari persilangan antara Dura Deli lini PA 131 D self / TI 221 D x GB 30 D dengan tetua pisifera keturunan SP540T murni. Karakter unggulan dari varietas ini adalah quick starter dan persentase mesokarp per buah yang sangat tinggi 88 – 90%. Potensi produksi CPO dari varietas ini mencapai 8-9 ton/ha/tahun. Dengan daya adaptasi yang luas, varietas ini dapat ditanam di berbagai tipe lahan mulai dari areal datar hingga bergelombang. Varietas DxP PPKS 540 hasil pemuliaan PPKS ini dirilis pada tahun 2-7 berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 371/Kpts/ Varietas DxP Simalungun Varietas DxP Simalungun merupakan hasil perbaikan dan rekombinasi dari tetua-tetua terbaik pada program pemuliaan Reciprocal Recurrent Selection RRS siklus pertama. Sebagai material induk digunakan dura-dura Deli terbaik, sedangkan untuk tetua bapak, digunakan pisifera keturunan SP 540 murni. Varietasi DxP Simalungun dirilis pada 14 Februari 2003 berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 137/Kpts/TP/240/2/2003 Varietas DxP AVROS DxP AVROS merupakan varietas hasil seleksi awal pada program pemuliaan di PPKS. Varietas ini dirilis pada 25 April 1985 berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 315/Kpts/ Varietas DxP AVROS menjadi material bahan tanaman yang digunakan dalam pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia. Varietas ini dirakit dari Dura Deli yang disilangkan dengan Pisifera turunan SP540T. Varietas DxP 540 NG Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS telah melakukan rangkaian penelitian sejak 2009 untuk mengidentifikasi dan mengkonstruksi bahan tanaman yang memiliki tingkat produktivitas minyak yang tinggi sekaligus memiliki sifat ketahanan terhadap Ganoderma. Penelitian tersebut meliputi identifikasi populasi yang memiliki sumber ketahanan, analisis silsilah, mating design, crossing plan, uji di pembibitan dan analisis DNA. Berdasarkan hasil observasi lapangan pada koleksi plasma nutfah dan pengujian projeni, telah teridentifikasi material-material genetik milik PPKS yang memiliki ketahanan terhadap Ganoderma. Tetua varietas DxP komersial PPKS yang merupakan keturunan SP540T merupakan salah satu material genetik yang memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap Ganoderma di lapangan. Dari hasil uji pembibitan telah terseleksi 43 akan terus bertambah sesuai hasil skrining pembibitan persilangan yang memiliki nilai indeks kejadian penyakit kurang dari 70 dan kurang dari inilai indeks persilangan kontrol tahan, sehingga ditetapkan sebagai persilangan yang memiliki sifat moderat tahan terhadap Ganoderma. Persilangan yang menunjukkan sifat ketahanan selanjutnya ditetapan sebagai varietas moderat tahan Ganoderma dan diberi nama DxP 540 NG. Frasa 'NG' sendiri memiliki arti New Generation for Ganoderma. Selain memiliki sifat moderat tahan terhadap Ganoderma, varietas DxP 540 NG juga memiliki karakter produksi TBS dan produksi minyak yang sangat baik. Pada umur 6 tahun, varietas ini dapat menghasilkan 35 ton TBS/ha/tahun dengan tingkat rendemen minyak 26,5 – 27,4%. Tingkat rendemen yang tinggi disebabkan kandungan mesokarp/buah yang tinggi, yakni 84,5 – 87,5% Varietas Turunan Yangambi Yangambi merupakan populasi kelapa sawit asal Afrika, tepatnya dari Kongo. Populasi ini banyak digunakan sebagai tetua pisifera oleh produsen benih unggul di seluruh dunia. Varietas kelapa sawit PPKS yang dihasilkan dari populasi ini adalah DxP Yangambi, DxP PPKS 239, dan DxP PPKS 718. Secara umum, populasi ini memiliki keunggulan pada bobot tandan yang relatif besar. Varietas DxP PPKS 239 misalnya, selain memiliki tandan yang relatif besar, juga memiliki potensi produksi CPO dan PKO yang tinggi sehingga cocok dikembangkan untuk industri pangan dan non pangan. DxP Yangambi merupakan salah satu generasi pertama dari beberapa varietas kelapa sawit yang dihasilkan PPKS pada periode 1980. Varietas DxP Yangambi juga memiliki potensi produksi CPO dan PKO yang tinggi 8,8 ton/ha/tahun. Petani umumnya menyukai DxP Yangambi karena rerata bobot tandan yang tinggi. Varietas DxP Yangambi dirilis pada tahun 1985 berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 316/Kpts/ Varietas DxP PPKS 239 DxP PPKS 239 merupakan varietas kelapa sawit yang dirilis pada 17 Mei 2010 sesuai SK Menteri Pertanian No. 1883/Kpsts/ Varietas ini merupakan hasil persilangan khusus antara dura turunan DA128D x LM270D dengan pisifera turunan LM239T self, dan memiliki keunggulan dalam produksi CPO dan PKO high CPO, high PKO. DxP PPKS 239 mampu menghasilkan TBS yang tinggi, baik pada usia muda maupun dewasa. Didukung oleh karakter rendemen minyak yang tinggi, varietas DxP PPKS 239 dapat menghasilkan 8,4 ton CPO/ha/tahun. Selain itu, varietas ini juga dapat menghasilkan PKO 0,7 – 0,9 ton/ha/tahun. Dengan mempertimbangkan tingkat produksi CPO dan PKO yang tinggi, varietas DxP PPKS 239 dapat menjadi alternatif bagi pekebun yang ingin mendapatkan total economic value yang lebih tinggi dari kedua jenis minyak tersebut. Varietas DxP PPKS 718 DxP PPKS 718 merupakan varietas turunan Yangambi yang memiliki karakter bobot tandan yang besar big bunch, 10% lebih tinggi dari rerata bobot tandan umumnya. Rerata bobot tandan varietas pada umur 6 – 9 tahun sebesar 22,8 kg/tandan, dan potensi produksi TBS sebesar 32 ton/ha/tahun. Varietas ini merupakan hasil persilangan spesifik antara Dura DA115D self x LM718T self. Dirilis pada tahun 2007 sesuai SK Menteri Pertanian No. 372/Kpts/ Varietas DxP Langkat DxP Langkat merupakan varietas pertama yang dirakit PPKS dari hasil rekombinasi tetua-tetua terbaik beberapa populasi pisifera. Tetua pisifera hasil rekombinasi antara pisifera SP540, Yangambi dan Marihat, disilangkan denga Dura Deli terbaik menghasilkan varietas dengan karakter unggul pelepah yang relatif pendek compact palm dan potensi CPO hingga 8,3 ton/ha/tahun. Selain cocok ditanam di areal bergelombang dan berbukit, varietas ini jga dapat mulai berbuah pada umur 22 bulan setelah tanam. Varietas DxP Langkat dirilis pada tahun 2003 berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 136/Kpts/
Terasbersambung untuk lahan memiliki kemiringan 4-29˚ dan teras individu dengan kemiringan 30-40˚ 7. TANAH GAMBUT Lahan gambut yang telah terdegradasi dan akan dimanfaatkan untuk melakukan budidaya kelapa sawit perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a. Penilaian Kesesuaian Lahan b.
Jakarta - Dalam melakukan restorasi lahan gambut, pemerintah diminta fokus pada penanaman bernilai ekonomi tinggi yang memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyat dan bangsa. Director Tropical Peat Research Laboratory Dr Lulie Melling mengatakan, sawit dan akasia merupakan jenis tanaman yang baik ditanam di lahan gambut. Selain bernilai ekonomi tinggi dan kompetitif , tanaman ini mempunyai kemampuan menyerap karbon CO₂.“Sebenarnya, ada banyak tumbuhan bisa dibudidaya di lahan gambut, namun tidak semuanya ekonomis dan membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat,” katanya, Selasa 10/5/2016. Di Balik Manfaat Lahan Gambut untuk Kehidupan Puluhan Hektare Lahan Gambut di Riau Terbakar, Kabut Asap Selimuti Pemukiman JK Butuh Waktu Tangani Kebakaran Lahan Gambut Menteri KLH Norwegia Dukung RI Restorasi Lahan Gambut Indonesia Tegaskan Komitmen Penurunan Emisi 29 Persen Lulie mengungkapkan, pemerintah Indonesia harus mendukung pengembangan komoditas berdaya saing karena mampu meningkatkan kesejahteraan serta kualitas sumber manusia. Di Malaysia, pemerintah mempunyai komitmen kuat untuk memperbaiki gambut sekaligus memanfaatkannya dengan tanaman bernilai ekonomi.“Gambut di Indonesia dan Malaysia punya banyak kemiripan. Karena itu kami ingin membantu dan memberikan masukan kepada pemerintah Jokowi mengenai pengelolaan tanaman-tanaman produktif dan bernilai ekonomi yang tepat di lahan gambut,” kata Lulie Senada dengan Lulie, Wakil Dekan Pertanian Institut Pertanian Bogor IPB Dr Suwardi mengatakan, sawit, akasia dan karet sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan gambut. Selain kemampuan beradaptasi untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lahan sulfat masam tersebut, ketiga tanaman itu mempunyai nilai Suwardi, sawit pertama kali dikembangkan masyarakat sebagai antisipasi kegagalan proyek nasional transmigrasi yang salah satu programnya untuk mengembangkan penanaman padi di lahan gambut pada tahun awal, penanaman padi memang berhasil. Namun setelah hampir 20 tahun produktivitasnya turun tajam dari 5 ton per ha menjadi 1 ton per ha sehingga menjadi tidak mengantisipasi kegagalan itu, petani beralih menanam sawit. Survei pada tahun 2000-an menunjukkan, sawit rakyat berhasil dikembangkan pada lahan gambut yang terdegradasi. Penanaman sawit tersebut juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani secara drastis. “Di Jambi banyak petani sawit yang mampu membangun rumah-rumah bagus serta menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi.” tuturnya.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mohoninfonya Jenis varietas bibit unggul apa yg cocok untuk lahan belukar/gambut
› Nusantara›Kakao Kalteng Dilirik Jerman Komoditas kakao mulai dilirik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk dikembangkan. Kualitas kakao di Kalteng bahkan dinilai bisa bersaing dengan kakao dari Amerika Latin. Oleh DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO 3 menit baca KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWOPelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng Rizky Badjuri memberikan paparannya dalam pelatihan penanaman kakao di Palangkaraya, Rabu 7/6/2023.PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melirik kakao menjadi komoditas unggulan menyaingi popularitas karet dan kelapa sawit. Selain menghasilkan nilai ekonomi, keberadaannya efektif menjaga kelestarian setidaknya ada hektar lahan kakao di Kalteng. Produksi mencapai 530 ton kakao. Tahun ini, pemerintah berencana menambah 600 hektar lahan kakao. Hal itu terungkap dalam Pelatihan Penanaman Kakao dalam Program Kalteng Kakao di Kota Palangkaraya, Rabu 7/6/2023. Kegiatan itu adalah salah satu bentuk kerja sama Pemprov Kalteng bersama Fairventures Worldwide asal itu bergerak di bidang pemulihan hutan dan kesejahteraan masyarakat. Pelatihan itu diikuti beberapa kelompok tani dari Kabupaten Barito Timur, Katingan, Barito Utara, dan Kabupaten Gunung 43 asal Desa Tampa, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur, hadir menjadi salah satu peserta. Dia ikut membagikan ilmunya kepada peserta lain. Marsono telah membudidayakan kakao sejak kini memiliki kebun kakao seluas 1,5 hektar. Ia menanam kakao dengan teknik tumpang sari, yakni menanam di sela-sela pohon karet dan sawitnya yang sudah lebih dahulu ditanam selama belasan dari 800 pohon, ia biasa menghasilkan 100-150 kilogram per panen dengan harga Rp per kilogram untuk harga saat itu, ia nilai belum maksimal. Alasannya, Marsono merendah masih harus banyak belajar dengan teknik tanam tumpang sari.”Harusnya bisa 400 kg sekali panen, tetapi memang harus belajar banyak. Ini kan baru bagi saya dan kelompok tani di sana,” ungkap REYNALDO TRIWIBOWOMarsono, warga Desa Tampa, Kabupaten Barito Timur menunjukkan buah cokelat hasil kebun kakaonya di Palangkaraya, Rabu 7/6/2023. Kakao mulai dilirik pemerintah untuk mengganti tanaman lain sebagai komoditas unggulan baru di belum maksimal dari sisi jumlah produksi, buah cokelat milik Marsono sudah dibawa ke Jerman. Direktur Fairventures Worldwide di Indonesia Rayanansi Siman mengungkapkan, kualitas kakao di Barito Timur dan wilayah lainnya di Kalteng masuk kategori excellent.”Artinya dari sisi kualitas itu tidak kalah dengan negara penghasil kakao seperti di Amerika Latin,” menjelaskan, pihaknya dalam dua tahun terakhir berkomitmen mendampingi petani kakao di Kalteng. Kakao menjadi pilihan karena tanah di Kalteng dinilai cocok dan memiliki harga yang bersaing.”Tujuan utamanya pemulihan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat melalui praktik tumpang sari tentunya dengan pilihan tanaman cepat tumbuh,” ungkap fokus pada kakao, lembaga asal Jerman itu memiliki program menanam 1 juta pohon dengan pilihan tanaman sengon. Kini, di antara pohon sengon itu akan ditanami kakao. Bibit yang dibagikan pun gratis.”Syaratnya adalah petani bisa membuktikan lahan yang digunakan adalah miliknya bukan di kawasan hutan,” juga Peta Pantauan Digital Inovasi KonservasiDi Kabupaten Barito Timur, Fairventures Worldwide telah mendampingi 19 kelompok tani dengan total 400 orang dari tujuh kecamatan. Sementara di Kabupaten Gunung Mas, lembaga tersebut mendampingi lima kelompok tani dari empat kecamatan di kabupaten tersebut. Total yang terlibat lebih kurang 200 orang.”Sampai tahun depan akan ditambah ke daerah lain seperti Katingan, Barito Utara, dan wilayah lain,” kata REYNALDO TRIWIBOWOMarsono, petani asal Barito Timur, menunjukkan hasil produksi kakao dari kebunnya yang sudah dinilai dari laboratorium di Jerman dengan kualitas sangat baik di Palangkaraya, Rabu 7/6/2023. Marsono mengikuti pelatihan dan pendampingan dari pemerintah bekerja sama dengan sebuah yayasan asal Jerman, Fairventures Tugas Kepala Dinas Perkebunan Kalteng Rizky Badjuri menjelaskan, dengan adanya legitimasi kualitas kakao, nantinya akan membantu proses hilirisasi. Pihaknya kini telah membentuk UMKM Kakao melalui program Kalteng Kakao yang diisi oleh pengusaha-pengusaha muda. Mereka bisa ambil bagian dalam program dan mengontrol harga agar selalu menguntungkan.”Kalau hulu sudah oke, sekarang kami urus hilirnya. Hulunya perlu dipastikan soal kualitas produksi, jumlah, hingga tanah sehingga pasarnya bisa yakin,” ungkap Rizky.”Pemerintah tahun ini juga bakal bekerja sama dengan perkebunan sawit besar agar plasma atau pola kemitraan dengan masyarakat bisa diarahkan ke kakao sehingga produksi dan luas lahannya menjadi lebih pasti,” ungkap juga Sejuta Pohon Ditanam untuk Pulihkan Lahan Gambut Sebangau EditorCORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Negarakita memiliki lahan yang sangat luas, hal ini sangat mendorong kita untuk mengembangkan usaha di bidang perkebunan. Anda mencari bibit untuk perkebunan Karet, Coklat dan Kelapa Sawit. hubungi kami HP 081533201385 atau SMS. # MEMBANGUN PABRIK UANG DI KEBUN ENTRES - Riau Hasil pengujian varietas DxP Topaz di lahan gambut Topaz
INFO NASIONAL – Gambut dan mangrove merupakan ekosistem penting yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang unik. Namun, karena mengalami degradasi penurunan, Indonesia pun berkomitmen melaksanakan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove BRGM.Menurut Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi Gambut BRGM Agus Yasin, Indonesia memiliki wilayah gambut seluas 13,4 juta hektare. “Presiden menugaskan kami untuk melaksanakan restorasi gambut seluas 1,2 juta hektar sampai dengan tahun 2024,” kata dia saat menjadi pembicara Indonesia Forest Forum dengan tema “Peran Gambut dan Mangrove dalam Mempertahankan Keanekaragaman Hayati di Indonesia Menuju ENDC” yang ditayangkan di kanal YouTube Selasa 30 Mei 2023. Sementara luas mangrove di Indonesia, lanjut Agus, yaitu 3,36 juta hektare. “Kita memiliki target 600 ribu hektar untuk direhabilitasi, yaitu mangrove yang tutupannya jarang, mangrove yang menjadi tambak atau terabrasi, serta lokasi potensial seperti tanah timbul dan lahan terbuka yang memiliki substrat cukup untuk ditumbuhi mangrove."Agus menuturkan, terdapat 9 Sembilan provinsi di Indonesia yang menjadi prioritas rehabilitasi mangrove, sementara untuk gambut terdapat 7 tujuh provinsi. “Kalau di gambut itu ada Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua. Sementara mangrove terdapat di Sumatera Utara, Riau, Kep Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat.”Dalam menerapkan penanganan strategi untuk gambut, BRGM menggunakan strategi 3R yaitu rewetting, revegetation, dan revitalization of livelihood sementara untuk rehabilitasi mangrove menggunakan strategi 3 M yaitu Memulihkan, Meningkatkan, dan dengan pemerintah dan sektor swasta menurut Agus menjadi mandat BRGM untuk melakukan percepatan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove. “Pada intinya, pelaksanaan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove sudah ada pemangku-pemangkunya.”Dia mencontohkan, untuk di kawasan konservasi maka penanggungjawab restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove adalah unit-unit Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Balai Taman Nasional atau UPT Tahura. Untuk hutan lindung dan hutan produksi yang belum dibebani izin maka menjadi kewenangan dari unit Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH atau dinas kehutanan provinsi. Untuk di kawasan yang sudah dibebani izin atau hak baik di kawasan hutan atau APL ini adalah tanggung jawab dari pemegang izin tersebut. Sedangkan untuk APL lainnya itu adalah tanggungjawab pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat.“Dari situ kita harus bersinergi, bekerja sama dengan pemangku-pemangku ini untuk melakukan upaya restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove,” kata Agus. Dia mencontohkan, dengan pemerintah provinsi misalnya, diskemakan tugas pembantuan untuk restorasi gambut. “Artinya kita menyediakan anggaran serta NSPK jadi segala pedoman termasuk peningkatan kapasitasnya. mereka nanti yang secara langsung melakukan upaya restorasi tersebut.”Di luar itu, lanjut dia, secara Perpres BRGM juga dimandatkan untuk membentuk Tim Restorasi Gambut Daerah TRGD dan Tim Rehabilitasi Mangrove Daerah TRMD. Di provinsi-provinsi yang menjadi prioritas rehabilitasi mangrove, tim itu dibentuk, ditetapkan oleh gubernur yang terdiri dari unsur pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta dan juga profesional atau juga dari masyarakat. “TRGD atau TRMD inilah yang membantu kami memfasilitasi komunikasi, mengkoordinasi dan sebagainya dengan unsur-unsur di daerah dengan pemerintah dan masyarakat, dsb.”Keterlibatan masyarakat menjadi peran penting dalam program kerja BRGM sehingga dibentuk Desa Mandiri Peduli Gambut DMPG sebanyak 760 desa dari tahun 2017 hingga 2022 dan Desa Mandiri Peduli Mangrove DMPM sebanyak 291 desa dari tahun 2021 hingga 2022 untuk terciptanya kelestarian dua ekosistem tersebut. Agus memastikan, apa yang dikerjakan BRGM dan stakeholder, baik untuk restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove pasti ada kontribusinya terhadap target Enhanced Nationally Determined Contribution ENDC.Senior Program Director Yayasan Konservasi Indonesia Fitri Hasibuan menuturkan tentang nilai penting dari ekosistem mangrove dan gambut. Menurutnya, kedua ekosistem ini dikenal dengan ekosistem lahan basah atau wetland. oleh karena itu ekosistem ini memiliki keunikan dari sisi fungsinya termasuk fungsi dari habitat keanekaragaman hayati atau spesies sangat penting“Kita tahu kalau di ekosistem gambut banyak spesies penting yang critically endangered seperti orangutan, harimau sumatera, dan gajah. Sementara di ekosistem mangrove kita juga menemukan spesies penting, contoh beberapa jenis ikan dan bekantan.”Iklan Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa jasa ekosistem yang disediakan mangrove ataupun gambut sangat khusus yang tidak disediakan ekosistem-ekosistem lainnya seperti hutan hujan yang banyak ditemui di pun menyayangkan karena banyak ekosistem baik mangrove maupun gambut telah dialihfungsikan di beberapa lokasi di Indonesia. “Oleh karena itu kita lihat peran dari BRGM dan para pihak terkait. Di antaranya masyarakat, pemerintah dan LSM. Bagaimana kita bersama-sama mendukung restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove khususnya yang telah mengalami degradasi.”Menurut Fitri yang pertama mesti dilakukan yaitu melakukan praktik-praktik baik. Salah satunya menjaga level air untuk memastikan gambut dalam kondisi basah. Kedua melakukan kontribusi pada data karena informasi yang didapat terkait gambut dan mangrove masih terbatas. Ketiga perlunya dilakukan pemantauan atau monitoring terkait kebijakan yang dilihat masih banyak praktik-praktik yang mungkin kurang tepat yang dilakukan di kedua ekosistem baik gambut dan mangrove. “Monitoring ini agar hal-hal yang tidak seharusnya terjadi bisa dihindari, tujuannya untuk menjaga keutuhan ekosistem.”Sementara tantangan yang dihadapi yaitu karena keterbatasan data, sehingga kesadaran dan pemahaman terkait ekosistem gambut dan mangrove sangat terbatas. Keterbatasan data menjadi kendala LSM untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah untuk meyakinkan kedua ekosistem ini penting untuk kelestarian dan membantu keberlangsungan kehidupan manusia. Selain itu, masih terdapatnya pelanggaran yang perlu ditindaklanjuti oleh penegak hukum atau melalui kebijakan juga masih menjadi tantangan. “Hal lain agar pengelolaan dan perlindungan gambut dan mangrove dapat dilakukan secara komprehensif. Kita perlu bersama masyarakat dan pemerintah untuk berupaya agar perlindungan ekosistem ini bisa terangkum atau tercantum dalam kebijakan baik nasional, daerah, dan desa. Upaya tersebut bisa menjawab tantangan-tantangan yang kita hadapi di lapangan,” kata FitriYayasan Konservasi Indonesia, kata Fitri, ikut bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah daerah maupun BRGM. Di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Yayasan ini bersama masyarakat dan pemerintah daerah membantu masyarakat untuk merestorasi gambut. Masyarakat juga diberikan pengetahuan untuk melakukan penanaman tanaman yang cocok dengan sistem gambut seperti rotan, sagu, dan lain sebagainya“Kita juga merevitalisasi untuk memberikan solusi ekonomi bagi masyarakat. Jadi masyarakat diberikan dukungan untuk peningkatan mata pencaharian mereka,” kata Fitri. Seperti dengan melakukan pemanfaatan sekat kanal dengan menggunakan jaringan apung dengan mengembangkan ikan seperti lele dan mengembangkan industri rumah tangga terkait ekosistem tersebut. Wilayah perkebunan, lanjut dia, juga dimanfaatkan untuk mengembangkan peternakan“Kami juga mendampingi mama-mama atau ibu-ibu yang ada di Papua Barat agar masyarakat yang tinggal di ekosistem mangrove juga bisa mendapatkan manfaat dari perlindungan ekosistem mangrove yang mereka lakukan. Salah satunya dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bisa menghasilkan atau memberikan income tambahan melalui eco printing,” tutur FitriSelain dengan masyarakat, Yayasan Konservasi Indonesia juga membantu pemerintah dan BRGM. “Kita berkolaborasi contohnya dengan Pemprov Sumatera Utara untuk mendampingi atau memfasilitasi kerja kelompok para pemangku kepentingan dalam menyusun rencana pengelolaan ekosistem gambut atau RPEG proses ini sedang level finalisasi dan kami di konservasi Indonesia memfasilitasi kerja kelompok untuk finalisasi rencana pengelolaan dan perlindungan mangrove di sumut. Sedangkan di Papua Barat, yayasan bersama pemerintah daerah berusaha memfasilitasi kelompok kerja mangrove. “Forum-forum seperti ini sangat penting sebagai wadah untuk bisa saling berbagi tantangan dan solusi, saling bekerja sama dalam pengelolaanMenurut dia, memberikan solusi atau alternatif bagi masyarakat merupakan salah satu prioritas. Karena jika tidak menemukan solusi untuk masyarakat maka pelestarian menjaga ekosistem sangat sulit. “Karena masyarakat menggantungkan kehidupannya pada ekosistem tersebut. Tidak ada cara lain selain melibatkan mereka, bersama-sama melakukan perlindungan ekosistem ini.” Fitri menambahkan, “Kalau kita berharap masyarakat ikut menjaga lingkungan maka kita harus bisa segera mencari solusi kendala mereka terutama untuk mata pencaharian.”Pakar Lingkungan Hidup Emil Salim menuturkan, Indonesia memiliki ekosistem yang berbeda-beda. Tiap pulau di Indonesia memiliki ekosistem yang berbeda. “Maka ekosistem yang ada harus dipertahankan keasliannya. Bukan ekosistem Kalimantan diubah menjadi ekosistem Jawa,” kata pun meminta agar tidak mengubah hutan bakau mangrove. Karena menurutnya, hutan bakau memberikan perlindungan dari ancaman-ancaman. Sementara lahan gambut harus dipelihara karena dengan kemampuan daya serap karbonnya dapat melepas dari pengaruh perubahan iklim. “Ringkasnya di dalam pembangunan tanah air, please ikuti dari ekosistem masing-masing kawasan Indonesia ini,” ujar dia. *
Taruhtanah yang cocok untuk tanaman rempah pada tiap bagian setinggi 10 – 15 sentimeter. Rumput di bawah tanah tersebut akan mati karena tidak mendapatkan sinar matahari dan udara dan, setelah membusuk, bisa menjadi pupuk. Ada lebih kurang 13,5 persen (1,5 juta ha) lahan sawit saat ini berada di lokasi lahan gambut. Deforestasi karena
Home » Kongkow » Tahukah Kamu » 5 Jenis Tanaman yang Cocok untuk Lahan Gambut - Kamis, 20 Juni 2019 0929 WIB Lahan gambut merupakan lahan yang memiliki kondisi tanah jenuh air serta terbentuk dari endapan yang dapat berasal dari penumpukkan residu jaringan tumbuhan dari masa lampau yang kemudian melapuk. Lahan gambut menjadi ekosistem penyimpanan serta penyerap karbon yang sangat penting. Sebab lahan ini dikisarkan dapat menyimpan lebih dari 600 Gt karbon. Apabila lahan dalam kondisi kering, hal ini sayangnya membuat lahan gambut mudah terbakar. Namun pada saat yang bersamaan, diatas lahan gambut inilah jutaan petani dapat melangsungkan hidup. Lahan gambut memiliki ciri khas. Diantara ciri tersebut adalah sebagai berikut Kondisi tanah basah dan umunya terdapat di lokasi lahan yang basah. Tanah gambut memiliki warna yang cukup gelap. Di dalam tanah gambut, terdapat kandungan asam yang tinggi sehingga tanah ini tidak cukup mudah untuk digunakan sebagai media bercocok tanam. Tanah ini tergolong kepada tanah yang kurang subur. Tanah ini banyak terbentuk di area rawa, serta memiliki tekstur tanah yang lunak dan labil. Sebagian besar tanah gambut masih memiliki kondisi yang rimbun pepohonan dan juga menjadi habitat tumbuhan serta hewan yang langka. Hutan yang masuk ke dalam lahan gambut cenderung menyimpan karbon dalam jumlah yang besar. Hal ini menyebabkan karbon menjadi tersimpan dengan baik, mulai dari permukaan sampai mencapai ke dalam tanah hingga menembus kedalaman mencapai lebih dari 10 meter. Peranan tanah gambut dalam bidang hidrologi sangatlah penting. Lahan gambut dapat menjadi pengendali banjir ketika musim penghujan datang serta menyimpan cadangan air pada saat musim kemarau tiba. Lahan gambut sendiri terbentuk dari proses dekomposisi vegetasi yang tidak sempurna, yakni berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan dan juga lumut. Akan tetapi dekomposisi hewan yang telah mati dan menjasi lapuk ataupun belum lapuk ternyata juga dapat menjadi penyebab terbentuknya tanah gambut. Namun dengan syarat, tanah tersebut berada di dalam kondisi lingkungan yang basah. Sebab, kondisi anaerob pada tanah gambut memiliki jumlah organisme pengurai yang sedikit. Tanah gambut sendiri terbagi menjadi dua macam, yakni Gambut topogen. Gambut topogen merupakan jenis tanah gambut yang posisinya berada di atas tanah mineral yang terletak di dasar perairan. Karena lokasinya berada di dasar perairan, maka jenis tanah ini dapat mengendap dan juga menumpuk pada dasar perairan. Lama-lama daerah tersebut akan terpengaruh oleh tanah ini. Namun tumbuhan masih dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik di dalam tanah ini. Gambut ombrogen. Tanah gambut ombrogen terkadang dianggap juga sebagai tanah gambut sekunder. Sebab tanah ini merupakan tanah gambut yang berkembang di bagian atas tanah gambut topogen. Sehingga tanah ini menutupi lapisan tanah gambut topogen dan tebalnya dapat melebihi permukaan danau. Peranan air hujan pada tanah ini adalah sebagai pembersih lapisan tanah sehingga tanah gambut ombrogen menjadi miskin zat hara. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, menanam tanaman pada tanah atau lahan gambut bukanlah sesuatu hal yang mudah. Tidak semua jenis tanaman akan cocok pada kondisi tanah ini. Namun terdapat beberapa jenis tanaman yang cocok untuk lahan gambut. Tanaman tersebut diantaranya adalah sebagai berikut Tanaman Sawit Sawit atau kelapa sawit termasuk ke dalam tumbuhan industri penghasil minyak. Maka dari itu, apabila dilihat dari segi industri, perkebunan kelapa sawit sangatlah menguntungkan. Tidak jarang pula ditemukan hutan-hutan yang kemudian di konversi menjadi lahan sawit. Tanaman ini berbentuk sebuah pohon yang ketinggiannya dapat mencapai 24 meter. Meskipun memiliki akar serabut, namun pohon ini dapat berdiri tegap dan kokoh. Sawit memiliki daun berwarna hijau tua dan penampilannya hampir menyerupai tanaman salak. Tanaman Akasia Akasia merupakan jenis tanaman yang temukan di Australia, lalu menyebar ke berbagai daerah tropis lainnya serta negara-negara beriklim sedang seperti Eropa, Asia Selatan dan juga Amerika. Nama Akasia berasal dari kata akis, dari Bahasa Yunani yang memiliki arti duri. Tanaman ini bisa tumbuh dengan cepat dan juga memiliki ketahanan terhadap kondisi lingkungan dan cuaca. Tanaman Karet Karet atau Hevea brasiliensis ini merupakan tanaman berbatang lurus yang berasal dari Brazil. Tanaman karet mulai dibudidayakan sekitar tahun 1876 di Indonesia, Malaysia dan juga Singapura. Jenis tanaman ini cukup baik untuk dibudidayakan pada kondisi lahan kering serta lahan yang basah. Pohon Ramin Kayu ramin berasal dari pohon bergenus Gonystylus yang banyak tumbuh di daerah rawa gambut. Diperkiran terdapai sekitar sepulih jenis pohon Ramin yang tersebar di Indonesia. Pohon Meranti Pohon meranti atau Shorea sp, merupakan pohon yang dapat memiliki bunga dan buah secara bersamaan. Pada saat musim tumbuh tiba, hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena bahan bibit dapat langsung dicabut. Demikianlah beberapa penjabaran dari tanaman apa yang cocok di tanah gambut yang dapat Anda ketahui. Semoga bermanfaat! Artikel Terkait Saat Gibran Menjual Barang dengan Harga Rp Gibran untung 20% dari Harga Beli. Berapa Harga Barang Tersebut? Dalam Sehari Kuli Bangunan Bekerja Sebanyak 9 jam. Setiap Minggu Dia Bekerja 5 hari Dengan Upah Hitunglah Luas Permukaan Tabung yang Berdiameter 28 cm dan Tinggi 12 cm! Sebuah Kemasan Berbentuk Tabung dengan Jari-jari alas adalah 14 cm. Jika Tinggi Tabung 15 cm, Tentukan Luas Permukaan Tabung Tersebut! Edo Memiliki Mainan Berbahan Kayu Halus Berbentuk Limas Segitiga. Tinggi Mainan Itu 24 cm, Alasnya Berbentuk Segitiga Siku-siku Hitunglah Volume Seperempat Bola dengan Jari-jari 10 cm Seorang Anak Akan Mengambil Sebuah Layang-layang yang Tersangkut di Atas Sebuah Tembok yang Berbatasan Langsung dengan Sebuah Kali Jika Diketahui Panjang Rusuk Kubus Seluruhnya 72 cm, Maka Volume Kubus Tersebut Adalah? Sebuah Bak Berbentuk Kubus dengan Panjang Sisi 7 dm Berisi 320 liter air. Agar Bak Tersebut Penuh Hitunglah Volume Kerucut Terbesar yang Dapat Dimasukkan ke dalam Kubus dengan Panjang Sisi 24 cm Cari Artikel Lainnya
DiKalimantan Barat tercatat sebanyak 3.238 titik panas, yang terindikasi di kawasan konsesi HTI (4,79%), konsesi HPH (1,82%), konsesi perkebunan (5,72%) dan areal penggunaan lahan lainnya (87,67%). Berdasarkan tipe tanahnya, titik panas yang terdeteksi di lahan gambut 12,15% dan di lahan bukan gambut 87,85%.
JAKARTA - Pemerintah Indonesia menginginkan agar budidaya gambut dapat dimaksimalkan menjadi lahan produktif. Karena itu dibutuhkan tanaman yang tepat guna dan tetap bernilai ekonomi tinggi di lahan gambut. Menurut Director Tropical Peat Research Laboratory Lulie Melling sawit dan akasia merupakan jenis tanaman yang baik ditanam di lahan gambut. "Selain bernilai ekonomi tinggi dan kompetitif , tanaman ini mempunyai kemampuan menyerap karbon CO₂," kata dia, Selasa 10/5. "Sebenarnya, ada banyak tumbuhan bisa dibudidaya di lahan gambut, namun tidak semuanya ekonomis dan membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat," kata pakar dan konsultan tanah gambut di berbagai organisasi internasional ini Lulie menyontohkan Malaysia yang dianggap telah memanfaatkan lahan gambut secara baik. Menurut dia, Malaysia mampu terselamatkan dari krisis ekonomi berkat pemanfaatan gambut yang sangat baik. Sedangkan, lahan gambut di Malaysia dengan Indonesia punya banyak kemiripan. Karena itu pihaknya ingin membantu dan memberikan masukan kepada pemerintah Jokowi mengenai pengelolaan tanaman-tanaman produktif dan bernilai ekonomi yang tepat di lahan gambut. Hal senada disampaikan Wakil Dekan Pertanian Institut Pertanian Bogor IPB Dr Suwardi. Ia mengatakan, sawit, akasia dan karet sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan gambut. Selain kemampuan beradaptasi untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lahan sulfat masam tersebut, ketiga tanaman itu mempunyai nilai ekonomis tinggi. Survei pada tahun 2000-an menunjukkan, sawit rakyat berhasil dikembangkan pada lahan gambut yang terdegradasi. Penanaman sawit tersebut juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani secara drastis. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Dimalaysia tanaman karet pada lahan gambut hanya mampu berproduksi kurang dari 1000 kg/Ha persatu tahun,hasil karet di lahan gambut hanya 450 kg/Ha pertahun dan ini lebih rendah dari produktifitas rata-rata karet rakyat secara umum 487 kg/Ha pertahun pada tahun 1973,dan naik menjadi 507 kg/Ha pertahun pada tahun 1984.Apabila lahan gambut hanya
Miscellaneous Tanaman Sawit di Lahan Gambut Sumber Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar Ditjenbun, 2012. Hal ini mendorong investor dari dalam negeri maupun luar negeri untuk membangun perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkembangan luas area perkebunan kelapa sawit yang revolusioner mulai terjadi sejak tahun 1980-an. Perkembangannya sangat pesat hingga pada tahun 2017 luas area perkebunan sawit mencapai sekitar 14 juta hektar. Padahal pada awal tahun 1980-an, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih sekitar 249 ribu hektar Ditjenbun, 2022. Permintaan buah kelapa sawit tersebut menyebabkan dibutuhkannya lahan yang lebih banyak untuk menanam kelapa sawit, sementara lahan mineral jumlahnya terbatas. Berdasarkan data dari BBSDLP tahun 2011, Indonesia memiliki lahan gambut sebesar hektar yang tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Papua. 40-50% lahan gambut tersebut potensial untuk dikembangkan untuk pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, dilakukan pengelolaan lahan gambut untuk menanam tanaman kelapa sawit. Lahan gambut merupakan lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukan residu jaringan masa lampau yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm Rancangan Standard Nasional Indonesia-R-SNI, Badan Sertifikasi Nasional, 2013. Lahan gambut memiliki kandungan organik senyawa karbon sangat tinggi yaitu 6-91% di seluruh lapisan. Tidak semua tanaman bisa tumbuh di lahan gambut, kelapa sawit adalah salah satunya. Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit. Produksi kelapa sawit pada lahan gambut bisa mencapai 20 – 25 ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa sawit pada jenis tanah lain Setiadi, 1999. Berdasarkan data dari Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian 2011, luas lahan gambut hingga tahun 2011 yang dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan sawit adalah seluas Ha. Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit ini bisa menjadi peluang yang bagus bagi perusahaan asuransi karena akan menjadi sumber premi tambahan untuk perusahaan. Namun, hal yang harus menjadi perhatian bagi perusahaan asuransi adalah tanaman sawit ini rentan untuk mengalami kerugian akibat kebakaran. Berikut adalah tabel yang menunjukan perbandingan premi dan klaim asuransi tanaman sawit yang diambil dari BPPDAN tahun underwriting 2013-2022. Terlihat dalam kurva di atas bahwa loss ratio dari tanaman sawit ini selalu di atas 100% setiap tahunnya. Hal ini karena risiko kebakaran yang terjadi pada perkebunan sawit masih sulit untuk dicegah. Penyebab kebakaran di perkebunan kelapa sawit ini bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor manusia dan faktor alam. Faktor manusia menjadi moral hazard yang bisa memicu terjadinya kebakaran. Contoh moral hazard adalah yang bisa memicu kebakaran pada perkebunan sawit Membuang puntung rokok sembarangan di dalam kebun Membiarkan kebun kotor dibenuhi semak belukar, alang-alang Membakar kebun dengan sengaja Faktor yang kedua adalah faktor alam. Faktor alam ini berkaitan dengan kondisi musim yang terjadi di Indonesia. Pada saat musim kemarau, curah hujan sebagai sumber air utama menjadi sangat rendah sehingga menimbulkan situasi defisit air atau kekeringan. Tanaman sawit yang tumbuh pada lahan gambut memiliki exposure terhadap kebakaran lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sawit yang tumbuh pada lahan mineral. Pada saat musim kemarau, permukaan air tanah pada lahan gambut mengalami penurunan yang terjadi baik secara alami maupun akibat system drainase, maka lapisan tanah gambut terutama gambut tembal menjadi sangat kering dan mudah terbakar. Analisis data riwayat kebakaran di Global Forest Watch Fires juga menegaskan bahwa kebakaran cenderung terkonsentrasi pada konsesi pertanian dan lahan gambut di Indonesia. Kebakaran pada tanaman sawit yang ditanam di lahan mineral terjadi pada permukaan tanah, sementara kebakaran pada lahan gambut terjadi di bawah permukaan tanah. Hal ini terjadi karena lapisan gambut di bawah permukaan lebih mudah terbakar jika mengalami kekeringan karena sifat gambut yang mentah berbentuk serat atau fibrist. Sebaliknya, lahan gambut di permukaan atas relatif lebih matang saprist atau hemist. Oleh karena itu, penanganan kebakaran yang dilakukan pada lahan gambut berbeda dengan lahan mineral. Penanganan kebakaran pada lahan tanah cukup dengan penyemprotan air di permukaan tanah. Sementara, penanganan tersebut tidak cukup untuk kebakaran yang terjadi pada lahan gambut. Penggenangan lahan dianggap jauh lebih efektif dalam menangani kebakaran di lahan gambut, yaitu dengan segera menutup seluruh pintu-pintu air di sekitar lokasi lahan yang terbakar dan memompa air ke dalam lahan yang terbakar. Dikarenakan risikonya lebih tinggi, maka underwriter harus lebih berhati-hati dalam melakukan akseptasi tanaman sawit yang ditanam pada lahan gambut. Rate premi yang diterapkan juga harus lebih tinggi untuk tanaman sawit yang ditanam pada lahan gambut dibandingkan dengan lahan mineral. Selain itu, usia tanaman juga perlu mendapat perhatian dalam melakukan askeptasi. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah moral hazard dari tertanggung. Seperti disebutkan di atas, moral hazard dari tertanggung bisa memicu terjadinya risiko kerugian yang tidak diinginkan. Sumber Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia skala 1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementrian Pertanian. Bogor. Ditjen Perkebunan. 2011. Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada Seminar Implementasi RSPO di Indonesia. Jakarta, 10 Februari 2011. Hariyadi, Saragih, Mey Jastri. 2016. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Riau. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasmana, Soewandita. 2022. Kajian Pengelolaan Tata Air dan Produktivitas Sawit di Lahan Gambut Studi Kasus Lahan Gambut Perkebunan Sawit PT Jalin Vaneo di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 2022 41 – 50 Andres Chamorro, Susan Minnemeyer dan Sarah Sargent. 2017. Riwayat Kebakaran di Indonesia untuk Mencegah Kebakaran di Masa Depan. [internet]. [ diunduh pada 22 september 2022]. Tersedia pada Redaksi Majalah Sawit Indonesia. 2014. Pencegahan Dan Penanganan Kebakaran Di Perkebunan Kelapa Sawit. [internet]. [diunduh pada 22 September 2022]. Tersedia pada Wahyunto dan Ai Dariah. 2013. Pengelolaan Lahan Gambut Terdegradasi dan Terlantar untuk Mendukung Ketahanan Pangan. [internet]. [diundug 22 September 2022]. Tersedia pada
kebakarandi hutan gambut untuk meminimalisir dampak kebakaran, salah satunya dengan strategi mitigasi vegetasi atau dengan merekayasa sistem penanaman kebun masyarakat, yaitu dengan sistem mix planting. Pemilihan jenis tanaman yang cocok di lahan gambut akan dapat mengurangi terjadinya kebakaran. Pemanfaatan lahan gambut
Ilustrasi jenis-jenis tanah, sumber foto Pixabay/PexelsTanah adalah lapisan tipis di permukaan bumi yang terdiri dari berbagai bahan organik dan anorganik. Tanah memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di Indonesia ada beberapa jenis-jenis tanah yang punya karakteristik tanah inilah yang berpengaruh terhadap iklim, vegetasi, dan sumber daya alam yang ada di Tanah di IndonesiaIlustrasi jenis-jenis tanah, sumber foto James Frid/PexelsDikutip dari buku Geografi dan Sosiologi 2 karya Sugiharyanto, Yudhistira Ghalia Indonesia dijelaskan jika pada dasarnya jenis-jenis tanah dibagi menjadi dua yaitu tanah organik dan tanah organik adalah tanah yang bahan induknya dari sisa-sisa bahan organik. Tanah ini sering disebut dengan tanah gambut. Sementara itu tanah anorganik adalah tanah yang bahan induknya dari bahan anorganik seperti batuan yang mengalami anorganik sendiri ada beberapa jenisnya, di antaranya adalah sebagai berikut1. Tanah AndosolTanah ini terbentuk dari abu vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi. Tanah ini memiliki warna hitam atau coklat tua, tekstur halus, dan kandungan bahan organik yang tinggi. Tanah ini cocok untuk pertanian karena subur dan mudah menyerap Tanah LatosolTanah ini terbentuk dari pelapukan batuan beku atau metamorf. Tanah ini memiliki warna merah atau kuning, tekstur kasar, dan kandungan bahan organik yang rendah. Tanah ini kurang subur dan mudah kehilangan unsur hara karena pencucian oleh air Tanah PodsolikTanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen atau endapan laut. Tanah ini memiliki warna putih atau abu-abu, tekstur halus, dan kandungan bahan organik yang rendah. Tanah ini sangat kurang subur dan sulit menyerap air karena mengandung banyak Tanah GrumusolTanah ini terbentuk dari pelapukan batuan kapur atau karbonat. Tanah ini memiliki warna coklat atau kehitaman, tekstur liat, dan kandungan bahan organik yang sedang. Tanah ini cukup subur dan dapat menahan air karena mengandung banyak Tanah AluvialTanah aluvial adalah tanah yang terbentuk pada lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir sehingga dianggap tanah yang masih muda. Tanah ini belum menunjukkan adanya lapisan. Kesuburannya juga dipengaruhi oleh asal adalah pembahasan mengenai jenis-jenis tanah di Indonesia dan karakteristiknya. WWN
ApaSaja Nama Bibit Sawit Unggul Yang Perlu Anda Keltahui Author: karyono Published Date: Juli 28, 2022 Leave a Comment on Apa Saja Nama Bibit Sawit Unggul Yang Perlu Anda Keltahui Kelapa sawit adalah salah satu komoditi tanaman yang
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terbentang di sepanjang Sumatera hingga ke Sulawesi. Hampir di seluruh penjuru tanah air, perkebunan sawit didirikan di atas lahan gambut. Lahan gambut memiliki peran penting dari sisi ekonomi serta ekologi. Lahan ini merupakan tempat bagi keanekaragaman hayati dan populasi yang dilindungi serta sebagai penyuplai air, penyedia hasil hutan, dan pengendali banjir. Dalam proses pelaksanaannya, lahan gambut dijadikan alternatif pengganti lahan mineral sebagai areal yang dianjurkan bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan yang dibuka di areal tanah ini hanya diperbolehkan pada lahan yang terdegradasi, sementara untuk areal hutan, lahan gambut tetap dipertahankan sebagai hutan gambut. Hal ini untuk mengurangi terjadinya kemarau serta tingginya emisi gas rumah kaca yang diakibatkan akibat pembukaan areal perkebunan dengan cara membakar dan merusak ekosistem lingkungan. Lokasi hutan yang telah didegradasi akan dimanfaatkan sebagai areal budidaya kelapa sawit. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dimulainya proses penanaman adalah 1. Penyesuaian Lahan2. Pembukaan Lahan yang Baik3. Manajemen Air4. Pemadatan Gambut5. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Jalan6. Pelaksanaan Kultur Teknis yang Baik7. Pemupukan8. Pengawasan Terhadap Titik Api 1. Penyesuaian Lahan Membudidayakan jenis tanaman palem ini pada areal gambut perlu pertimbangan dan harus dipastikan lahan sesuai untuk budidaya kelapa sawit. Hal yang paling penting dan perlu diingat adalah lokasi yang akan digunakan tidak bertentangan dengan peraturan dan layak dijadikan tempat usaha. Keberhasilan budidaya tergantung pada proses perawatan dan kelola kebun dengan baik. Faktor-faktor yang memengaruhi adalah kematangan tanah gambut, kedalaman lapisan pirit, dan frekuensi serta lama genangan. Manajemen pengairan yang baik akan menjadi ujung tombak berhasilnya pengairan di areal ini atau tidak. 2. Pembukaan Lahan yang Baik Lokasi yang cenderung kering akan menyebabkan hutan mudah terbakar dan menyebabkan kekeringan yang parah ketika musim kemarau tiba. Oleh karena itu, pengelolaan kebun tanpa membakar atau metode zero burning perlu diperhatikan. Membakar areal secara sembarang akan mengurangi unsur hara yang terkandung dalam bahan organik yang mungkin tersisa. Kebakaran areal gambut akan memberi dampak yang tidak baik pada kualitas perkebunan, kesehatan manusia, hingga hilangnya nilai ekonomi bagi warga disekitar areal yang terbakar. 3. Manajemen Air Hal ini perlu diperhatikan mengingat areal yang kaya akan unsur organik ini adalah kering dan sangat sedikit kapasitas air di dalam tanah sehingga dibutuhkan sistem drainase yang tepat agar lahan tetap basah dan memiliki cadangan air. Manajemen air mencakup pengaturan permukaan air dipertahankan pada 50 – 75cm, mencegah kekeringan di musim kemarau, mencegah oksidasi pirit, dan mencegah akumulasi garam. Bagian lain dari manajemen pengairan ini juga mencakup benteng yang berfungsi menahan air pasang, serta parit untuk mengumpulkan dan menyalurkan air dan pintu air yang berfungsi mempertahankan muka air dan menahan air pasang. 4. Pemadatan Gambut Memiliki tujuan untuk memadatkan tanah sehingga memiliki daya topang yang baik terhadap tanaman agar tidak mudah doyong condong. 5. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Jalan Hal ini mencakup penimbunan tanah mineral sebanyak 20 – 30 cm, perataan dan pemadatan serta pengerasan dengan pasir dan kerikil/batu. 6. Pelaksanaan Kultur Teknis yang Baik Dalam melaksanakan kultur teknis yang baik, hal yang perlu diperhatikan adalah upaya untuk mengendalikan produksi, pengendalian gulma, hama dan penyakit, pemeliharaan jalan, perbaikan kualitas panen serta perawatan sarana yang digunakan untuk proses pemanenan. 7. Pemupukan Selama ini yang terjadi diperkebunan adalah penggunaan pupuk kimia yang berfokus pada produksi pohon bukan kepada perbaikan kualitas tanah. Padahal penting untuk mengikat sejumlah unsur tanah yang diperlukan oleh tumbuhan seperti memanfaatkan pupuk organik MOAF yang diproduksi oleh PT Propadu Konair Tarahubun Plantation Key Technology/PKT yang telah terbukti meningkatkan kualitas tanaman. 8. Pengawasan Terhadap Titik Api Antisipasi terhadap musim kemarau yang memicu kekeringan pada perkebunan yang didirikan di atas tanah gambut perlu diperhatikan dengan mendirikan menara untuk memantau titik api yang muncul serta pembuatan marka tingkat bahaya api dan membuat organisasi yang mengendalikan laju penambahan titik api. Delapan hal di atas menjadi acuan yang paling penting sebelum memulai proses pengerjaan. Kunci keberhasilan suatu perkebunan tergantung bagaimana cara masing-masing orang mengelola dan mengembangkanya dengan baik tanpa merugikan pihak manapun. Bagi perusahaan yang memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai seputar perkebunan kelapa sawit, dapat mengunjungi website atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.
YAKWqL. wtnj4bd2iw.pages.dev/896wtnj4bd2iw.pages.dev/727wtnj4bd2iw.pages.dev/697wtnj4bd2iw.pages.dev/512wtnj4bd2iw.pages.dev/570wtnj4bd2iw.pages.dev/146wtnj4bd2iw.pages.dev/937wtnj4bd2iw.pages.dev/159wtnj4bd2iw.pages.dev/738wtnj4bd2iw.pages.dev/870wtnj4bd2iw.pages.dev/165wtnj4bd2iw.pages.dev/90wtnj4bd2iw.pages.dev/405wtnj4bd2iw.pages.dev/901wtnj4bd2iw.pages.dev/943
jenis bibit sawit yang cocok untuk lahan gambut